Bulir-bulir aspal jalan mendera sekujur tubuh renta yang kian terlunta
Membenturkan wajah yang telah berselimutkan beribu keriput ukiran hidup
Terus melangkah dengan tongkat patah
Hiraukan hidung yang terus menghirup hawa busuk yang kian menusuk
Kabut jiwa melayangkan sejuta pandang curiga terhadap seonggok penyesalan hidup
Jiwa ini terus berkobar menjilat tiap asa yang tercecer dari luka bekas tikaman kegalauan
Tak pernah berhenti mengusung kebiadaban sifat manusia yang tak kunjung puas
Haruskah sirna tanpa bekas diri ini, agar tak lagi mengecap pahitnya
hidup ini
Surabaya, 22 Januari 2008
Ryan Krisna Hadi
No comments:
Post a Comment