Sunday, August 22, 2010

Hidup

Bulir-bulir aspal jalan mendera sekujur tubuh renta yang kian terlunta

Membenturkan wajah yang telah berselimutkan beribu keriput ukiran hidup


Terus melangkah dengan tongkat patah

Hiraukan hidung yang terus menghirup hawa busuk yang kian menusuk


Kabut jiwa melayangkan sejuta pandang curiga terhadap seonggok penyesalan hidup

Jiwa ini terus berkobar menjilat tiap asa yang tercecer dari luka bekas tikaman kegalauan


Tak pernah berhenti mengusung kebiadaban sifat manusia yang tak kunjung puas

Haruskah sirna tanpa bekas diri ini, agar tak lagi mengecap pahitnya

hidup ini



Surabaya, 22 Januari 2008

Ryan Krisna Hadi

No comments: