Mengenangmu Malam Ini
Aku ingin mengenangmu malam ini
Mengagumi wangi tubuhmu yan pernah menghiasi jawaban keraguanku
Membuai lembut jiwamu hingga melambung ke angkasa
Duhai udaraku… Tak pernah henti ku menghelamu
Kau bintang malamku yang menuntun langkah ini
Hingga tiba ku di tengah keriuhan yang mencengangkan
Yang seolah membelaiku mengajak bergabung
Kau adalah aku,
Malam ini hingga nanti
Aku adalah dirimu,
Malam ini hingga nanti
Nanti pasti dirimu kembali
Atau esok, atau lusa
Ku hanya ingin mengenangmu malam ini
00:00
Surabaya, 25 April 2008
Ryan Krisna Hadi
Dimensi
Ku melayang ke dalam dimensi senyap duka ini
Meratapi ketiadaan jiwa berkepanjangan
Ku mencintainya, namun hatiku masih tertinggal di genggamanmu
Sungguh ku merasa janggal akan semua ini
Yang kian tak menentu,
Membinasakan hatiku
Tak juga sirna perasaan ini padanya
Walau ribuan ton bayang wajahmu telah menenggelamkan hatiku
Akankah kupendam semua ini?
Hingga dimensi kegalauan batin yang sombong musnah beradu
Sungguh indah dirinya,
Bagaikan menarik musim gugur di bulan Mei
Semerbak membunuh segala rasaku padamu
___-{•˚®˚•}-___
Surabaya, 5 Mei 2008
Ryan Krisna Hadi
Fana
Kehidupan baru akan dimulai oleh setapak perjuangan di tempat asing tak bernyawa.
Di sini, aku berdiri, menunggui padamnya secercah cahaya lilin kecil yang bersahaja menemani malamku.
Terus begini, hingga otak ini berhenti berpaut dengan penaku yang tak kenal ampun menodai tiap lembar kesucian hari ini.
Timbul dan tenggelam, nyata ke fana, begitulah perasaan yang terus
menyesakkan alam nurani yang kian tercerai berai karena segala
ketidakpastian ini.
Kotak… Kotak lagi… Kotak lagi…
Apa arti semua ini? Kuhina kekotakkan hatiku
Yang terus mengeras dan kaku
Bagai lembu tertimpa pedati
Hingga nafasku beradu dengan sosok khayalanku
Dan meneteskan benih-benih dosa yang seharusnya berada di rahimmu
Hina rasanya diri ini, yang hanya bisa menyetubuhimu dalam dimensi sesak otak kotorku.
Sudahlah kututup saja hari ini dengan kelopak mata yang semakin menghitam
Dengan harapan kau telah berbaring di pelukku, ketika nafasku kembali mendenguskan nafsu ini.
21:38
Jakarta, 23 Juni 2008
Ryan Krisna Hadi
Tentang Aku
Kebodohan yang tersamar dalam sebuah makna indah
Pasti kan’ terungkap oleh sikap munafiknya
Jika ini masih terasa janggal,
Benamkanlah nuranimu ke dalam nafsu yang lama kau pendam
Mungkin kau akan memaknai arti dari sebuah kepicikan picisan yang belum pernah kau temui sebelumnya
Sedikit goresan kesoktahuanku ini akan menuntunmu melaju ke alam pikirku terdasar
Mungkin kau bakal tahu siapa aku, dengan menyibak topeng kelam yang selama ini menyatu dengan pribadiku
Aku akan malu berdiri di hadapanmu…
Tapi kau akan lebih malu pada dirimu sendiri
Ketika kau tatap tajam ke arah pupil mataku
Karena segala yang kau tak tahu aku tahu, yaitu tentang aku
22:25
Jakarta, 25 Juli 2008
Ryan Krisna Hadi
Surat Cinta
Percuma ku menguntai kata-kata tak berharga ini
Jika asa keberanianku berbanding dengan gunung
Dan pita suaraku berpendar menolak tuk’ meneriakkan lantang ucapan itu
Jika boleh aku meminta pada Sang Kuasa,
Kumohon agar kau bisa membaca hatiku
Sehingga tak perlu lagi ada keberanian yang susah payah harus kugumpalkan
Namu Tuhan berkehendak lain,
Dia memberiku ketakterbatasan ini
Untuk menulis segala sesuatu yang kurasakan dan kupendam padamu
Hanya waktu yang kan’ mengiringku
Sampai saat kau baca picisan tak berharga ini
Dan kuberharap kau sudi mempertimbangkanku
Surat Kedua Tanpa Nama
Abjad “T” mengawali sepucuk surat yang kutemui
Surat itu basah karena air mata yang menetes,
“Tamat, Apalah arti titik ini? Selalu mendengus dan melibas semua kecemasan. Bilamana aku berjalan, kebiadaban ini selalu semerbak bagai Rafflessia yang mengundang lalat. Aneh… Titik Merah itu semakin mendekat. Tamat”, Ucapku tanpa peduli arti kata itu…
Kurobek bagian tengahnya yang penuh noda titik merah
Belum-belum, sudah penasaran aku dibuatnya
Benar kata dia, titik merah itu semakin mendekatiku geram, seolah tidak terima aku merobek kawanannya
Kubuang ke dalam kobaran api saja titik merah maksiat itu bersama inang-inangnya
Dan kuanggap tak pernah tahu isinya
22:28
Jakarta, 23 Juli 2008
Ryan Krisna Hadi
Surat Cinta II
Hanya mata hati memandang sebatas khayal
Merajut bayangan fana dirimu di sisiku
Rindu kunanti bertemu denganmu
Walau kepastian tentangmu masih tak tentu
Biarlah kusandarkan rasa ini sejenak
Pada dirimu yang kian merasuk ke benak
Hingga tiba saatnya nanti
Kan’ kulambungkan ke rongga hati
Kini ku tak lagi jera tuk’ melalui kisah ini
Karena telah kandas kisahku yang lalu sebelum menepi
Namun hatiku tetaplah begitu
Yang bisa remuk sewaktu-waktu
23:28
Jakarta, 23 Juli 2008
Ryan Krisna Hadi
No comments:
Post a Comment